Minggu, 07 Januari 2018

Informasi Soal Amfibi dan Reptil Sangat Minim di Sumut













Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan merupakan kawasan hutan konservasi yang berkedudukan di Provinsi Sumatera Utara. Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988 dengan luas ± 51.600 Ha. Tahura Bukit Barisan secara geografis terletak pada 001’16"-019’37" Lintang Utara dan 9812’16"-9841’00" Bujur Timur.


            Pada umumnya keadaan topografi lapangan Tahura Bukit Barisan sebagian datar, curam dan berbukit-bukit. Di beberapa tempat terdapat pegunungan dan puncak tertinggi yaitu Gunung Sibayak dengan ketinggian 1.430 sampai 2.200 mdpl. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Tahura Bukit Barisan termasuk ke dalam klasifikasi type B dengan curah hujan rata-rata pertahun 2.000 s/d 2.500 mm. Suhu udara minimum 13°C dan maksimum 25°C dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 90-100%. Oleh karena itu, kawasan Tahura Bukit Barisan merupakan  ekosistem hutan hujan tropis yang mendukung untuk berkembangbiaknya suatu makhluk hidup. Sehingga wilayah Tahura di gugusan Bukit Barisan ini memiliki potensi biodiversitas yang sangat menarik. Salah satu yang potensial yaitu untuk habitat herpetofauna. Akan tetapi, keanekaragaman jenis herpetofauna di wilayah ini masih kurang diketahui dibandingkan wilayah Indonesia lainnya. 

            Saat ini kondisi kawasan Tahura Bukit Barisan mulai terancam dengan aktivitas masyarakat. Perubahan kondisi habitat dan aktivitas manusia seperti itu tentunya akan berpengaruh terhadap keanekaragaman herpetofauna yang terdapat di dalamnya. Karena setiap jenis herpetofauna memiliki karakteristik habitatnya tersendiri. Beberapa jenis hanya dapat hidup di dalam hutan primer dan jenis lain dapat hidup di beragam habitat, mulai dari hutan sampai ke pemukiman penduduk.
            Oleh karena itu, kami yang tergabung dalam Perkumpulan Amfibi Reptil Sumatera (ARS) yang didukung oleh Nature and Biodiversity Conservation Union (NABU) German dan UPT Tahura Bukit Barisan Provinsi Sumatera Utara untuk melakukan survei kenanekaragaman jenis Herpetofauna di kawasan Tahura Bukit Barisan di Sumatera Utara. Perkumpulan Amfibi Reptil Sumatera merupakan suatu wadah perkumpulan bagi generasi mudah yang berkonsentrasi di bidang penelitian dan konservasi habitat satwa khsusnya untuk jenis amfibi dan reptile. Saat ini Perkumpulan Amfibi Reptil Sumatera (ARS) beraktivitas di Sumatera Utara dan berdomisilin di Kota Medan. Tujuan kami untuk melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara keseluruhan data keanekaragaman jenis herpetofauna yang terdapat di Kawasan Tahura Bukit Barisan.
            Metode yang kami gunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode survei perjumpaan Visual/VES (Visual Encounter Survey) yang dikombinasikan dengan sistem jalur (transect sampling). Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yang dimulai dari bulan Juli sampai September 2017.  Mengingat luasnya Tahura tersebut dan terbatasnya waktu, penelitian hanya kami lakukan di lima lokasi antara lain Bandar Baru, Bukum, Daulu, Simeluk, dan Tongkoh. Dari lima lokasi tersebut menurut kami belum bisa mecakup secara keseluruhan informasi keragaman jenis herpetofauna yang ada di Tahura Bukit Barisan. Tapi setidaknya menurut kami secara umum dari lima lokasi tersebut sudah bisa mewakilkan dari beberapa wilayah lainya yang ada di Tahura. 

Berdasarkan hasil penelitian, jenis herpetofauna yang ditemukan di kawasan Tahura Bukit Barisan sebanyak 316 individu yang terdiri dari 16 suku dan 53 jenis herpetofauna yang terdiri dari 36 jenis amfibi dan 17 jenis reptil, dimana dari keseluruhan lokasi memiliki komposisi jenis amfibi (88.3%) yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis reptil (11.7%). Di kawasan ini juga ditemukan beberapa jenis yang termasuk endemik Sumatera antara lain Chalcorana kampeni, Dendragama boulengeri, Huia Sumatrana, Megophrys parallela, dan Popeia toba. Dari kelima lokasi pengamatan yang masih termasuk ke dalam kawasan Tahura Bukit Barisan, wilayah Daulu memiliki tingkat keanekaragaman yang rendah (H’= 0.727). Hal tersebut dikarenakan wilayah tersebut merupakan kawasan pariwisata sehingga aktivitas wisatawan mempengaruhi keberadaan dari herpetofauna di dalamnya, sedangkan keempat wilayah lainnya memiliki tingkat keanekaragaman yang tergolong sedang dengan nilai tertinggi berada pada lokasi Bandar Baru (H’= 1.297) dengan dominasi jenis yang berbeda pada setiap wilayahnya. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa kemerataan jenis pada setiap lokasi pengamatan tergolong tidak merata. Namun, secara umum kondisi fisik di kawasan ini masih tetap mendukung sebagai habitat herpetofauna. 
Pada lokasi penelitian yang terbagi ke dalam lima wilayah, gangguan yang disebabkan langsung oleh manusia sedikit sekali terjadi. Namun, secara tidak langsung bisa saja terjadi pada habitat herpetofauna. Gangguan yang ada di lokasi penelitian antara lain perubahan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan, penebangan, pembakaran hutan dan objek wisata alam. Perubahan hutan menjadi perkebunan dapat merubah komposisi herpetofauna yang ada, sedangkan untuk penebangan dan pembakaran dapat memusnahkan herpetofauna yang berada di sekitar wilayah tersebut, seperti yang terjadi pada jenis Ichthyophis sp. ditemukan dalam kondisi mati dan busuk di lahan bekas kebakaran.  Selain itu, perubahan fungsi menjadi kawasan pariwisata juga dapat mempengaruhi keberadaan herpetofauna, seperti pada wilayah Daulu yang berada di Gunung Sibayak yang merupakan kawasan pariwisata sehingga sangat mempengaruhi keberadaan herpetofauna di dalamnya. Selain mempengarui keberadaan herpetofauna, kawasan pariwisata juga menimbulkan khasus kematian herpetofauna seperti yang terjadi pada jenis Calamaria schlegeli yang ditemukan dengan kondisi mati di jalan (road-kill). Sehingga dapat dilihat jumlah individu pada lokasi tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan keempat lokasi lainnya.
Dari hasil penelitian ini perlu dilakukan survei yang lebih menyeluruh di Tahura Bukit Barisan. Hal tersebut perlu dilakukan guna untuk mengetahui perkembangan dan jumlah jenis herpetofauna secara mendalam di kawasan Tahura Bukit Barisan. Selain itu, diperlukan juga melakukan monitoring keberlanjutan, guna untuk melihat perkembangan herpetofauna dan perubahan habitatnya.

0 komentar:

Posting Komentar